Tasikmalkaya, kabarsakti.com  –  Proyek Tembok Penahan Tanah (TPT) di desa Linggaraja, Kec. Sukaraja, Kab. Tasikmalaya dibangun menggunakan anggaran dana desa Rp. 51.408.000, TPT dibangun untuk menanggulangi terjadinya longsornya saluran air dan untuk memperlancar saluran air yang dari hulu ke hilir di desa Babakan Banjaran.

Saluran air ini sangat aktif dan sangat dibutuhkan warga di kampung tersebut, jika tidak dibangun Tembok Penahan Tanah, aliran air dari hulu ke hilir akan tersendat karena adanya abrasi tanah di sekitarnya.

Kini warga setempat merasa lega, TPT sepanjang 103 meter yang sedang dibangun di kampung tersebut sudah di nantikan sejak lama, salah seorang warga yang merupakan warga sekitar di bangunnya TPT mengaku senang dengan adanya pembangunan TPT tersebut.

“Alhamdulillah saat ini saluran air yang sering saya manfaatkan akan aman, terimakasih atas dibangunnya TPT, ini adalah bukti bahwa pemerintah desa, menjalankan fungsinya dengan benar dan peduli dengan kondisi kampung kami. kata warga yang ikut bekerja dalam pekerjaan tersebut yang tidak mau disebutkan namanya kepada Kabar Sakti. (Selasa, 25 Juni 2024).

Senada dengan warga masyarakat, Eno. Ketua BPD Desa Linggaraja merasa senang karena dalam kegiatan pekerjaan TPT ini warga masyarakat bisa dilibatkan menjadi pekerjanya. Mudah-mudahan ini awal perubahan menuju arah yang lebih baik. kata Eno.

Lebih lanjut lagi Eno memaparkan bahwa, “Tembok Penahan Tanah yang sedang dikerjakan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri”. paparnya.

“Harapan saya semoga masih ada lanjutan pembangunan perkuatan tembok penahan tanah untuk kedepannya. Karena masih ada beberapa titik lokasi pemukiman dan kebun masyarakat lainnya yang masih curam dan itu butuh perhatian pembangunan,” lanjutnya.

Disinggung masalah mengaduk bahan secara manual yang akan dipergunakan, Ketua Tim  Pelaksana Desa Lingaraja mengatakan bahwa, ada pilihan lain untuk melakukan cara mengaduk adukan bahan, yaitu menggunakan mesin molen. Mesin molen milik desa juga ada tinggal memakai saja.

“Kami memilih memakai manual saja, yang paling penting dari menggunakan sitim manual kami mengutamakan mutu adukan. Jika adukan dicampur dengan takaran yang memang sudah terukur, tentunya tiap-tiap adukan mempunyai kadar campuran yang stabil”. jelasnya.

“Hal ini tentu sangat penting karena kualitasnya akan berbeda jika komposisi atau takarannya tidak stabil dan tidak sesuai dengan takaran, tentunya ini akan sangat berbahaya bagi struktur bangunan”. ucapnya.

Selain poin-poin diatas mutu pengerjaannya juga sangat diutamakan, karena proyek ini buat kepentingan warga setempat, makannya para pekerjaan nya diambil dari para warga sekitar, biar kerjanya ga asal asalan. Paparnya.

“Yang pasti yang saya perhatikan waktu membuat adukan komposisinya sudah benar yakni, 1 pc, 8 ps, 10 kr (1 sak semen, 8 pasir, 10 split)”. tutupnya.

(Randika)